Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF UNTUK ANAK DIDIK

STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF UNTUK ANAK DIDIK 



STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF UNTUK ANAK DIDIK

Pembelajaran menulis kreatif adalah suatu upaya yang berkenaan dengan bagaimana cara mendorong siswa untuk menggunakan secara penuh apa yang ada dalam diri mereka berupa ide, kesan, perasaan, harapan, imajinasi dengan menggunakan bahasa yang dikuasai. Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa mengembangkan kemahiran berbahasa secara vertikal, bukan secara horizontal.

Maksudnya mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Semakin lama kemahiran tersebut menjadi semakin sempurna, dalam arti strukturnya menjadi semakin benar, pilihan katanya semakin tepat, dan kalimat-kalimatnya semakin bervariasi. Manfaat yang diperoleh siswa dengan menulis kreatif ini adalah sebagai (1) alat untuk mengekspresikan diri, (2) alat untuk membangun kepuasan pribadi, kebanggaan dan harga diri, (3) alat untuk meningkatkan kesadaran dan persepsi lingkungan seseorang, (4) alat untuk melibatkan seseorang menjadi aktif, dan (5) alat untuk menciptakan pemahaman dan kemampuan untuk menggunakan bahasa

PENDAHULUAN

Untuk mengukur kecakapan dan kemajuan belajar sekolah-sekolah di Indonesia mempunyai kebiasaan dengan menggunakan tes prestasi belajar dalam berbagai bentuk. Kebiasaan tersebut akan mengurangi perhatian kita pada aspek kreatifitas.

            Guilford merupakan tokoh yang sangat besar jasanya dalam menyatakan konsep kreatifitas dengan membedakan kemampuan berpikir konfergen dan divergen. Pemikiran konfergen adalah kegiatan pemikiran yang mempunyai tujuan pada suatu jawaban yang benar, dan merupakan proses yang mendasari tes intelegensi tradisional. Sedang pemikiran divergen adalah pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam gagasan, dan ini merupakan indikator yang paling nyata dari aspek kreatif.

Pembelajaran bahasa untuk anak, khususnya untuk anak seusia TK dan MI/SD tahap awal yaitu kelas 1, 2, dan 3 masih didominasi oleh model pembelajaran dengan strategi pemerolehan yang difokuskan pada tingkat bentuk,  sedang model pembelajaran bahasa untuk anak pada tahap lanjut yaitu untuk kelas 4, 5, dan 6 MI/SD dilakukan model pembelajaran dengan strategi  pembelajaran bahasa yang juga sebagian besar difokuskan pada tingkat bentuk dan sebagian kecil waktu bisa dimasukkan materi yang berfokus pada aspek makna. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Murdibyono (1988) bahwa pada tingkat pemula pembelajaran bahasa perlu diprioritaskan pada tingkat bentuk, sedang pada tingkat menengah dan lanjut pengajaran berfokus pada makna.

Adapun sumber media yang dapat menarik perhatian dalam pembelajaran bahasa untuk anak adalah sebagaimana dikemukakan oleh Kasbollah (2004) adalah gambar, dongeng, dan permainan.
Dalam proses belajar berbahasa di sekolah, siswa mengembangkan kemahiran berbahasa secara vertikal, bukan secara horizontal. Maksudnya mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna.Semakin lama kemahiran tersebut menjadi semakin sempurna, dalam arti strukturnya menjadi semakin benar, pilihan katanya semakin tepat, dan kalimat-kalimatnya semakin bervariasi (Rofi’uddin, 2002:75).

Berkaitan dengan keterampilan menulis kreatif Ellis (1989:182) menyatakan bahwa menulis kreatif adalah eksplorasi diri dan mengekspresikannya dalam komunikasi. Sedang Percy (1981:1) menyatakan bahwa pembelajaran menulis kreatif adalah suatu upaya yang berkenaan dengan bagaimana cara mendorong siswa untuk menggunakan secara penuh apa yang ada dalam diri mereka berupa ide, kesan, perasaan, harapan, imajinasi dengan menggunakan bahasa yang dikuasai. Dengan demikian mengajar menulis kreatif adalah mengajar siswa untuk berpikir.

            Manfaat yang diperoleh siswa dengan menulis kreatif ini adalah sebagai (1) alat untuk mengekspresikan diri, (2) alat untuk membangun kepuasan pribadi, kebanggaan dan harga diri, (3) alat untuk meningkatkan kesadaran dan persepsi lingkungan seseorang, (4) alat untuk melibatkan seseorang menjadi aktif, dan (5) alat untuk menciptakan pemahaman dan kemampuan untuk menggunakan bahasa (Percy, 1981).

STRATEGI BELAJAR DANPEMBELAJARAN BAHASA

Pengertian strategi belajar bahasa sebagaimana dikemukakan oleh Oxford (1989:235)  adalah tingkah laku atau tindakan yang dipakai oleh pembelajar, agar pembelajaran bahasa lebih berhasil, terarah, dan menyenangkan. Dari pengertian tersebut strategi belajar merupakan perbuatan yang dapat diamati, yang juga memungkinkan mencakup tindakan kognitif yang tidak bisa diamati.Oxford (2002:124) menyatakan bahwa strategi belajar bahasa merupakan tindakan khusus, tingkah laku, tahapan, atau teknik yang digunakan pembelajar untuk meningkatkan kemajuan dalam pengembangan keterampilan berbahasa.Strategi-strategi tersebut dapat digunakan untuk pemrosesan (internalitation), penyimpanan (starage), pengambilan (retrival), dan penggunaan bahasa yang baru dipelajari.Strategi-strategi tersebut juga merupakan seperangkat alat untuk mengarahkan diri sendiri untuk mengembangkan kemampuan komunikasi.

            Choudron dalam (Irhamni, 2002:3) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai kesadaran kognitif yang diaplikasikan dalam pembelajaran, yang dikelompokkan ke dalam (1) strategi alam, dan (2) strategi budaya.Strategi alam merupakan inti pengembangan strategi budaya. Strategi alam bersifat induk, primordial, azali, menjadi rujukan, statis, dan inspiratif, sedangkan strategi kultur bersifat pengembangan, kreatif, bergerak, adaptif, dan tidak mempunyai kemapanan konseptual. Pembelajaran dengan strategi alam dapat terwujud  antara laindalam teknik pembelajaran dengan peniruan (imitation), dan pembelajaran gramitika dalam pendekatan komunikatif yang   menolak rekayasa pembelajaran semisal drill.

Adapun yang dimaksud strategi kultur atau budaya adalah pembelajaran yang berbasis pada pengolahan peristiwa pembelajaran bahasa ibu dan bahasa asing. Strategi ini akan melahirkan analisis kesalahan (error analysis), lab bahasa, hafalan teks percakapan, urutan pemerolehan bahasa, teks-teks kaidah berbahasa, dan sebagainya.

Brown (dalam Huda, 1999:144) menekankan konsep strategi belajar sebagai tingkah laku yang tidak teramati di dalam diri pembelajar. Brown membedakan antara strategi belajar (learning strategy) dan strategi komunikasi (Communication Strategy). Strategi belajar berkaitan dengan pemrosesan, penyimpanan, dan pengambilan masukan pemerolehan bahasa, sedangkan strategi komunikasi berkenaan dengan keluaran pemerolehan bahasa.

Strategi belajar merupakan hal yang sangat penting dalam belajar bahasa, karena ia merupakan sarana untuk mengaktifkan diri siswa, pengarah diri untuk berkembang, khususnya mengembangkan kompetensi komunikasi berbahasa (Oxford, 1991:1). Nur (2004:6) menyebutkan strategi belajar mengacu pada prilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses memori dan metakognitif .Pressley (1991) menyebutkan bahwa strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan di atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas belajar.Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Sebagai contoh  ketika siswa ditugasi untuk mengerjakan tugas-tugas belajar tertentu misalnya mengisi suatu lembar kerja dalam pembelajaran membaca misalnya, maka untuk menyelesaikan tugas-tugas belajar ini memerlukan keterlibatan dalam proses-proses berfikir dan prilaku tertentu, seperti menskim atau membaca sepintas judul-judul utama, meringkas, dan membuat catatan, serta memonitor jalan berfikir diri sendiri.

Dengan berpijak pada pengertian strategi belajar sebagaimana dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana, metode, siasat, dan teknik yang digunakan guru untuk mengaktifkan siswa, dan mengembangkan diri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.Strategi pembelajaran adalah strategi yang digunakan guru untuk menjadikan siswa belajar dengan menggunakaan strategi belajar tertentu.

Konsep Menulis
            Menulis merupakan aktivitas pengekspresian ide, gagasan, pikiran, atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan.Kegiatan menulis melibatkan aspek penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi dan kosakata, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, serta pengembangan model karangan.Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kegiatan menulis melibatkan aspek isi dan aspek bahasa.Aspek isi atau topik berkenaan dengan masalah pengembangan topik ke dalam ide-ide atau pikiran-pikiran yang relevan serta pengorganisasiannya.Aspek bahasa berkenaan dengan penggunaan tatabahasa, kosakata, serta ejaan untuk mewadahi topik.Kelly (dalam Read, 1991) menyatakan bahwa kegiatan menulis merupakan upaya menghasilkan ide dan bahasa sebagai sarana pengekspresiannya.

Pengertian Kreatif
            Kata kreatif berasal dari bahasa latinCreate yang artinya mencipta, melahirkan, dan mencapai. Reilly dan Lewis (1983) membedakan istilah kreatif ke dalam dua kategori, yaitu Traits Approach dan Learned Behavior Approach.Traits Approach memandang bahwa kreatif itu merupakan suatu karakteristik dan kecenderungan tertentu dari individu. Hal itu berarti bahwa sikap kreatif itu merupakan aspek bawaan dan lingkungan berfungsi sebagai alat bantu untuk menunjang kreatifitas yang ada. Terkait dengan ketrampilan menulis kreatif,  Edward, dkk (2003:vii) mengartikan kreatif sebagai proses mengekspresikan ide dan mengeksplorasi imajinasi dengan menggunakan berbagai bentuk tulisan baik fiksi, nonfiksi, maupun puisi.
            Adapun yang dimaksud dengan learned behavior approach adalah pendekatan yang memandang bahwa aspek kreatif merupakan akibat atau hasil dari pengalaman yang berbentuk keahlian dan perilaku pada setiap individu. Dengan demikian setiap individu secara potensial kreatif, dan lingkungan yang mempengaruhi perbedaan kreatifitas seseorang.
            Munandar (1988) memandang aspek kreatif dari segi pribadi, pendorong, produk dan proses, dan ia menyatakan bahwa lingkungan yang dapat mendorong munculnya tingkah laku kreatif meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan  lingkungan kebudayaan. Dari segi proses Munandar  menyatakan bahwa pengertian kreatif sama dengan kemampuan berpikir kreatif. Adapun ciri-ciri berpikir kreatif adalah terampil berpikir orisinil, memperinci/mengelaborasi, dan menilai. Sedang dilihat dari segi produk sikap kreatif merupakan produk kreatif yang oleh Vernan (1982) dinyatakan bahwa produk kreatif mempunyai kriteria (1) produk itu harus nyata, (2) produk itu harus baru, dan (3) produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.
            Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kreatifitas seseorang dapat ditingkatkan melalui pengelolaan lingkungan sebagaimana dinyatakan oleh Clark (1983) bahwa bila faktor lingkungan mendorong, maka bakat berkembang, tetapi bila lingkungan menghambat maka bakat itu akan menciut. Dengan demikian pengembangan kreatifitas anak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kreatif.

Startegi Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran kreatif menurut Semiawan (1988) adalah pembelajaran yang memungkinkan meningkatnya perilaku kreatif pebelajar.Pembelajaran kreatif ini memungkinkan pebelajar belajar kreatif, yaitu belajar yang mengasyikkan, yang mengerahkan potensi kreatifitas, dan menimbulkan berbagai getaran penemuan terhadap hal-hal yang sebelumnya belum diketahui, dikenal atau dipahaminya.

Pengembangan kemampuan kreatif berhubungan erat dengan strategi pembelajaran.Dalam situasi pembelajaran yang menaruh kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika siswa diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya maka kemampuan kreatif dapat tumbuh dengan subur.

Clark (1983) mengatakan bahwa strategi pembelajaran yang berhasil mengembangkan aspek kreatifitas adalah yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1)   Lebih banyak melakukan aktivitas-aktivitas berpikir.
2)   Menggunakan lebih sedikit aktivitas ingatan.
3)   Memberikan kesempatan untuk mempergunakan pengetahuan secara kreatif.
4)   Menggunakan evaluasi untuk diagnosis.
5)   Mendorong ekspresi spontan.
6)   Memberikan suasana penerimaan.
7)   Memberikan stimulasi yang kaya dan bervariasi.
8)   Mengajukan pertanyaan-pertanyaan profokatif.
9)   Tidak menolak ide siswa yang baru dan mendorongnya untuk menguji sendiri ide-ide barunya.
10) Memberikan latihan dan percobaan yang tidak dievaluasi.
11) Mengajar keterampilan berpikir kreatif seperti orisinalitas, kelancaran, keluwesan, elaborasi, menemukan ide secara sengaja, penilaian yang ditunda, berpikir alternatif, dan menyusun hipotesis.
12) Mengajar keterampilan meneliti, seperti inisiatif mengeksplorasi, mengobservasi, mengklasifikasi, bertanya, menyusun, dan menggunakan informasi, mencatat, menerjemahkan, menyimpulkan, menguji kesimpulan, menyajikan kembali pengalaman dan observasi, mengkomunikasikan, menggeneralisasi, dan menyederhanakan.
           
Prinsip Pembelajaran Menulis Kreatif
Prinsip- prinsip pembelajaran menulis kreatif menurut Ellis (1989:182-183) adalah: (1) melakukan observasi dan menulis, (2) mengasosiasikan kata, (3) menemukan informasi, (4) menemukan cara alternatif untuk melihat sesuatu, (5) menulis apa yang dilihat, jangan menceritakan secara lisan, (6) membuat kalimat yang biasa menjadi luar biasa, (7) memilih kata yang tepat, dan (8) menulis metafora/analogi.
1)  Melakukan Observasi dan Menulis
Kegiatan ini dapat dimulai dengan mengamati objek atau benda misalnya buah-buahan, mainan, atau bisa juga anak diminta untuk membawa majalah untuk melakukan pengamatan pada gambar-gambar yang ada pada majalah. Kemudian guru atau siswa lain mengajukan pertanyaan terhadap objek yang diobservasi tersebut. Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut ditulis untuk disusun menjadi puisi atau prosa deskripsi.
2) Mengasosiasikan Kata
    Guru meminta siswa untuk mengasosiasikan kata-kata tertentu, dan guru atau siswa lain dapat membantu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Hasil jawaban siswa disusun menjadi karya tulis kreatif.
3) Menemukan Informasi
    Siswa diberi kesempatan untuk menemukan informasi dari apa yang dirasakan dan dipikirkan, dan menuangkannya dalam bentuk tulisan.
4) Menemukan Cara Alternatif untuk Melihat Sesuatu
    Yaitu dengan meminta siswa untuk mengungkapkan kesenangan dan keinginan yang mendalam.
5) Menulis Apa yang Dilihat
    Guru mengajak siswa melihat sesuatu objek, kemudian siswa diberi kesempatan untuk mendeskripsikan apa yang dilihat menurut versi sendiri.
6) Membuat Hal-Hal yang Biasa Menjadi Luar Biasa
    Guru menajak siswa membaca sebuah cerita kemudian siswa diminta untuk mengubah perwatakan tokoh dalam cerita, konflik, dan sebagainya sesuai dengan kreativitas masing-masing siswa.
7) Menggunakan Metafora
    Yaitu meminta siswa menggunakan ungkapan perbandingan, perumpamaan, bahasa majas atau kiasan dalam karangan mereka.

            Menulis kreatif menurut Edwards, dkk. (2003:vii) adalah kegiatan mengekspresikan ide dan mengeksplorasi imajinasi dengan menggunakan berbagai bentuk tulisan misalnya fiksi, nonfiksi, atau puisi.Melalui kegiatan menulis fiksi seorang anak dapat menuangkan imajinasinya secara bebas yang dapat berbetuk cerita pendek maupun narasi secara umum.Melaluikegiatan menulis nonfiksi pebelajar dilatih untuk melakukan kegiatan menulis tentang laporan cuaca, laporan kegiatan out bond, rekreasi, kegiatan ekstra kurikuler, dan seterusnya.Elalui kegiatan menulis puisi pebelajar berlatih mengekspresikan imejinasinya terkait dengan ungkapan kata frasa dan kalimat yang sesuai dengan aturan penulisan puisi.
Beberapa kegiatan kreatif yang dapat menunjang kegiatan menulis kreatif menurut Edwards, dkk.(2003:14-16) adalah kegiatan menjadi kolektor kata dan menjadi detektif bahasa. Sebagai kolektor kata pebelajar dimotivasi untuk selalu menambah kosakata yang dimiliki melalui kegiatan (1) membuat kartu kata, (2) kartu bergambar, (3) lembaran kamus, (4) kamus elektronik,(5) papan siap tulis dan hapus, (6) keranjang atau kotak kata, atau amplop kata, (7) daftar kata berdasar alpahabet atau kategori sukukata tertentu. Sebagai detektif bahasa pebelajar diarahkan untuk melakukan kegiatan berikut. (1) Memilih beberapa kata yang mempunya sukukata awal sama, (2) memilih kata kata yang mempunyai akar kata sama, (3) memisahkan kata kata dari gabungannya, (4) mengelompokkan kata kata yang mempunyai kesamaan bentuk, (5) mengubah kata menjadi berbagai variasi bentuk kata, (6) menyusun kalimat dengan bantuan kata tertentu, dan (7) membuat daftar arti kata yang diperoleh dari teks lisan maupun tulis.

Daftar Rujukan

Clark, B. 1983.Growing up Gifted. Colombus: Merril Publication. CO.
Edwards, Sharon A.; Maloy, Robert W.; O’Loughlin, Ruth Ellen Verock. 2003.Ways of Writing with Young Kids: Teaching Creativity andConventions Unconventionally. Boston: Pearson Education, Inc.
Effendy, A. F. 1993. Lagu dan Permainan sebagai Media Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Ibtidaiyah. Majalah Nadi Tahun II No: 1
Effendy, A.F. 2004. Strategi pembelajaran Duru:s Arabiyyah Muktsafah (DAM). Makalah disampaikan pada Konsultasi tenaga ahli pembelajaran bahasa Arab di Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Maaalang.
Ellis, A. , Pumau, J. , Standal T., dan Rummel, M. K. 1989. Elementary Language Arts Instruction. New Jersey: Prentice Hall.
Everet, W. 1987. Apopular Song as A Teaching Instrumen.Forum, Vol XXV.
Huda, N. 1999. Pengajaran Bahasa Kedua Berbasis Strategi Belajar. Dalam: Bahasadan Seni. Tahun: 27, 2: 143-145.
Irhamni. 2002. Strategi Pembelajaran ALA. Makalah disajikan dalam seminar Pelatihan Pembelajaran bahasa Arab untuk Anak (ALA) di Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Kasbolah, K. 2004. Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar: Kebijakan, Implementasi, dan Kenyataan. (Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pengajaran Bahasa Inggris pada fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Disampaikan pada Tanggal 12 Januari 2004).
Munandar, S.C.U. 1987. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT Gramedia.
Munandar, S.C.U. 1988. Memupuk Kreativitas Anak Usia Pra Sekolah. Dalam: S.C. Utami Munandar (Ed) Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Murdibyono, A. W. 1995. Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar: Tujuan Pengembangan dan Karakteristik Pembelajar. Dalam: Bahasa dan Seni. Tahun 23.No. 2.
Nur, M. & Wihandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Unesa: University Press.
Oxford, R.L. 1989. Use of Learning Strategies: a Synthesis of Studies with Implications for Strategy Training. Dalam: System, 12, 2: 235-247.
Oxford, R. L. 1990. Language Learning Strategies. What Every Teacher Should Know. USA: Newbury House Publishers.
Oxford, R.L. 2002.Language Learning Strategies in a Nutshell: Update and ESLSuggestions. Dalam: Methodology in Language Teaching. Richards J. C. & Renandya W.A. (Eds). Cambridge: University Press.
Percy, B. 1981.The Power of Creative Writing. London: Prentice Hall International, Inc.
Read, John. 1991. The Validity of Writing Test Tasks. Dalam Sarinee Anivan (ed), Current Developments in Language Testing. Singapore: SEAMEO RELC.
Reilly, R.R. dan E.L. Lewis. 1983. Educational Psychology Aplications for Classroom Learning and Instruction. New York: MC Millan Publishing.Co.
Risakotta, I. 1990. Beberapa Contoh Permainan Untuk Pengajaran Bahasa dalam Kelompok Besar, dalam Learnen Und Lehren no. I Februari 1990.
Rofi’uddin, A. 2002. Teknik Peningkatan Kemampuan Berbicara untuk Murid Sekolah Dasar Kelas Tinggi. Dalam : Bahasa dan Seni. Tahun 30. No 1 Februari.
Semiawan, C. 1988. Belajar Kreatif untuk Mengembangkan Bakat Kreatifitas pada Masa Usia Sekolah. Dalam SC. Utami Munandar (Ed) Kreativitas Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ur, P. and Wright, A. 1992.Five Minutes Activities: A Reseurce Book of Short Activities. Cambridge University Press.
Vernan, P.E. (Ed) 1982.Creativity. Baltimore: Penguin. 

Posting Komentar untuk "STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF UNTUK ANAK DIDIK"