Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DI ANTARA SUARA HUJAN – CERPEN

 

DI ANTARA SUARA HUJAN – CERPEN

  

DI ANTARA SUARA HUJAN - CERPEN. Malam semakin dingin dengan suara gemuruh di luar. Hujan yang turun disertai angin kencang membuat malam kian mencekam. Kilat dan petir, melengkapi rasa khawatir di hati Delya. Beberapa kali terdengar suara dahan patah dan pohon rubuh di belakang rumah. Delya menggigil. Bercampur antara dingin dan rasa takut.

 

Ibu dan ayah belum juga pulang. Sudah hampir tengah malam, dia sendirian melewati detik-detik mencekam ini. Pasti ibu tertidur di pondok sawah ataukah terjadi sesuatu pada ibu dan ayah? Sawah itu di pinggir sungai.Banjir? Oh, lindungi orang tuaku ya, Allah. Delya berdoa dengan suara bergetar menahan tangis.

Dia terus berdoa dan tertidur dalam riuh malam.

 

Delya terbangun. Membuka mata. Gelap gulita. Rasa takut kian meraja di hatinya. Dingin. Di luar suara hujan badai kian gemuruh. Listrik mati. Lengkap sudah deritanya. Ingin ia berteriak minta tolong tapi siapa yang akan mendengar suaranya dalam cuaca begini. Tetangga jauh. Ibu dan ayah? Oh! Apa yang terjadi?

 

Dalam gelap, Delya merasa ada sesuatu yang mendekat ke arahnya. Gemuruh di dadanya mengalahkan badai di luar sana. Delya menahan napas. Benar. Ada sesuatu. Terasa dingin sekali menyentuh ujung kakinya. Dingin, licin, perlahan merayapi kakinya mengarah ke betis. Bau anyir dan entah bau apa lagi membaur dengan ketakutan yang kian memuncak. Delya ingin berteriak. Lidahnya kelu. Dia ingin duduk, ingin lari tapi tubuh Delya kaku. Membeku menunggu nasib.

 

Tiba-tiba....
Lampu menyala. Delya tak sanggup melihat makhluk di dekatnya. Cepat matanya memejam dalam pasrah karena terlambat untuk menyelamatkan diri.

"Bangun, Nak. Ayo pindah ke kamarmu. Kok tidur di lantai?"

"Ibuuuuui.....!" Tangis Delya pecah. Ia menghambur ke pelukan ibunya.

"Maafkan ibu, sayang. Kami terlambat pulang karena tangan ibu tersayat pisau di pondok." Ibu menjelaskan sambil memperlihatkan tangan kirinya yang dibalut seadanya dan masih meneteskan darah.

 

Oleh: Zuldefita Zoebir


Posting Komentar untuk "DI ANTARA SUARA HUJAN – CERPEN"